Sabtu, 28 Januari 2012

per(jodoh)an

Konsep jodoh terkadang membingungkan, terkadang memang sengaja dipertemukan sebagai anak, orang tua, teman, sampai seorang kekasih. Terkadang pula secara tidak sengaja hubungan itu terjalin begitu saja, meskipun pada awalnya tidak saling mengenal satu sama lain.

Jodoh dengan orang tua mungkin anugerah awal yang telah diberikan oleh Tuhan dan saya pun cukup mensyukurinya sampai saat ini, namun bukan ini fokus yang ingin dibicarakan.

Kemudian bertambah lagi jodoh dengan teman yang membuat pahit dan manis kehidupan terasa dipikul bersama-sama, meskipun terkadang ada hal-hal yang tidak mengenakkan terjadi. But, well it was life, shit sometimes happen and we can't avoid it, and i won't talk too much about that either... 

Dan untuk konsep jodoh yang terakhir, hmm...

Konsep yang sampai saat ini masih merupakan sebuah misteri. Hubungan yang lama terjalin mungkin bukan sebuah patokan kalau berjodoh dengan dia. Atau kecocokan sifat maupun kenyamanan saat bersama tak menjamin kalau kami memang berjodoh. Ada saja hal-hal yang selalu menjadi tembok besar yang menghalangi suatu hubungan yang dijalani, seperti fisik, adat, agama maupun status sosial yang kesemuanya menjadikan patokan bagi keluarga untuk menilai dengan kerasnya sisi "cover" hal-hal tersebut.

Sebagai individu, ego akan memilih jodoh sendiri merupakan sebuah ambisi yang besar dampaknya dalam proses pembuktian akan kemampuan mencari pasangan demi pencapaian sebuah kebahagiaan. Sebagai seorang  anak, dan dalam perjuangan menjalani suatu hubungan, peran orang tua teramatlah besar mempengaruhi kelancaran serta langgeng-nya hubungan dengan sang jodoh pilihan. Mengingat posisi sebagai anak tunggal dalam keluarga, merupakan suatu momok yang melekat setelah meninggalnya adik semata wayang disaat masih sekolah dulu (may God give you the best place in heaven, love you sist). Dengan semua harapan dan impian orang tua yang kini telah bertumpu di pundak, merupakan beban tersendiri yang harus dipikul untuk sepanjang usia.

Dengan niat baik demi membahagiakan orang tua, pengharapan akan sebuah restu merupakan perjuangan pahit yang telah berkali-kali harus dijalani. Mulai dari pertemuan dengan beberapa jodoh hasil pilihan sendiri, hubungan yang dijalani cukup lama, sampai perpisahan pun kerap terjadi. Semuanya kandas dan berakhir begitu saja tatkala pertentangan yang sering terjadi berimbas kepada restu yang tak kunjung datang.

Dan hingga suatu saat muncul lagi tawaran orang tua "bagaimana dengan pilihan mama yang ini?" 
(kata "lagi" mengacu kepada tawaran yang kerap kali muncul disaat telah memiliki pasangan ataupun sedang sendiri).

DDDUUUAAAARRRR...

Kata-kata yang sejak dulu terus cukup mengganggu pikiran kini terucap lagi. Kata-kata yang seakan mengoyak keyakinan diri akan pencarian sebuah kebahagiaan, yang cukup lama dirasakan telah karam dan kini semakin tenggelam kedalam palung lautan yang tak berdasar.

Setelah sekian lama berjuang mencari sendiri jodoh dengan latar belakang, sifat, penampilan yang berbeda dan mencoba menjalani hubungan yang cukup menyita waktu bertahun-tahun serta tak satupun persetujuan yang didapat. Rasa pasrah tampaknya mulai menghinggapi sisi batin dan pikiran. Kelelahan telah melemahkan ego yang dulu sangatlah membara. Pekerjaan serta kuliah pun menjadi pelarian yang dirasa cukup efektif untuk melupakan dilema tersebut. 
(memang agak hiperbola, namun itu yang sangat dirasakan)

Apa memang yang sudah dipilihkan merupakan jodoh yang terbaik? Mengingat bukan sang pemberi pilihan yang menjalani hubungannya kelak. Apakah yang telah dipilih sendiri selama ini tidak baik? karena kenyamanan dan kecocokan dalam berhubungan sang pemilihlah yang merasakan. Apakah per(jodoh)an merupakan proses pertemuan jodoh yang terbaik? 

Well i gave up to you God, You know the best for me now...

Waktu telah berjalan dengan cepat, tanpa terasa tahun ke tahun telah dilewati. Ambisi untuk mengejar impian dan juga menyelesaikan tanggung jawab dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi pun menenggelamkan semua pemikiran untuk menjalin hubungan yang baru.
Tanpa terasa pula usia yang semakin bertambah dan menua, hal tersebut kini menambah beban serta dorongan dari orangtua untuk segera mencari jodoh yang kembali menjadi momok yang sangat bising terngiang di kepala.

Tidak ada komentar: